Hallo Cendekiawan Muda! artikel kali ini berisi penjelasan terkait apa aja sih hambatan dalam berkomunikasi dan bagaimana solusi yang harus kita lakukan. Simak dengan baik, berikut penjelasannya.
Sebuah
perusahaan dengan 100 karyawan kemungkinan bisa untuk kehilangan sekitar $
450.000 dalam satu tahun atau lebih karena kehilangan komunikasi interpersonal
yang efektif dari mereka seperti kesalahan e-mail, inefisiensi, dan
kesalahpahaman sebuah klasemen yang disebabkan oleh karyawan itu sendiri. Seperti
contohnya pada seorang manajer sebuah perusahaan pemasaran yang sedang melakukan
rapat dengan seorang klien yang memakan waktu satu setengah jam, akan tetapi klien
nya itu sedang memainkan ponselnya. Seperti
memainkan game balap, membuka sosial media dan lainnya meskipun dia melirik ke
atas sesekali dan mengajukan pertanyaan akan tetapi itu akan berisiko untuk
kehilangan komunikasi interpersonal yang efektif dari seorang klien itu. Dan
juga Penelitian yang dilakukan oleh perusahaan konsultan SDM menemukan bahwa Karyawan
AS dan Inggris merugikan bisnis mereka $37 miliar setiap tahun karena mereka sangat
tidak memahami pekerjaan mereka. Di suatu tempat, entah bagaimana, komunikasi
tidak seefektif yang seharusnya. Salah satu alasannya adalah seorang manajer
menghadapi hambatan yang menyimpang proses komunikasi interpersonal dari
berbagai faktor. Dapat disimpulkan, jadi komunikasi interpersonal yang efektif
itu didapatkan ketika antar individu bisa saling memahami dan memperhatikan
informasi yang disampaikan seorang individu serta mudah dipahami juga oleh
individu lainnya.
Hambatan
dalam komunikasi
1. Filtering (Penyaringan)
Manipulasi informasi yang disengaja oleh suatu pihak untuk membuatnya tampak lebih menguntungkan bagi penerima. Misalnya, ketika seseorang memberitahu kepada manajernya apa yang ingin didengar oleh si sang manajer, pada saat itu juga informasi sedang atau sudah disaring atau bisa juga jika informasi yang dikomunikasikan melalui tingkat organisasi akan diringkas oleh pengirim dan diterima inti informasinya oleh penerima, itulah filtering atau penyaringan.
Sebagai organisasi menggunakan
pengaturan kerja yang lebih kolaboratif dan kooperatif, penyaringan informasi
mungkin menjadi pengurang dari suatu masalah.
Selain itu, email mengurangi penyaringan karena komunikasi lebih
langsung. Akhirnya, budaya organisasi
mendorong atau mencegah untuk menyaring berdasarkan jenis perilaku yang
dihargainya.
2. Emotions (Emosi)
Bagaimana perasaan
penerima ketika pesan diterima mempengaruhi bagaimana dia mendefinisikannnya.
Emosi yang ekstrem kemungkinan besar akan menghambat komunikasi yang efektif.
Di dalam kasus seperti itu, kita sering mengabaikan proses berpikir rasional
dan objektif kita lalu menggantikannya dengan penilaian berpikir secara emosional
saat mendefinisikan suatu pesan yang akan menghambat proses komunikasi yang
efektif.
3. Information Overload (Kelebihan
Informasi)
Sebagai contoh seorang
manajer pemasaran yang sedang melakukan perjalanan penjualan selama seminggu ke
suatu tempat dimana dia tidak memiliki akses untuk masuk ke emailnya dan
menghadapi 1.000 pesan di emailnya ketika dia membuka emailnya kembali. Tidak
mungkin bagi manajer untuk sepenuhnya membaca dan menanggapi setiap pesan tanpa
berhadapan dengan kelebihan informasi, yaitu ketika informasi melebihi
kapasitas suatu individu untuk memprosesnya. Apa yang terjadi ketika individu
memiliki lebih banyak informasi daripada yang dapat mereka proses? Mereka cenderung mengabaikan, melewatkan,
melupakan, atau memilih informasi secara selektif. Atau mereka mungkin berhenti untuk berkomunikasi.
Bagaimanapun, akibatnya adalah hilangnya informasi dan komunikasi yang tidak
efektif karena adanya kelebihan informasi yang kita terima.
4. Defensiveness
Ketika orang merasa
terancam, mereka cenderung bereaksi dalam cara-cara yang menghambat komunikasi
yang efektif dan mengurangi kemampuan mereka untuk mencapai tujuan timbal balik
untuk saling memahami. Mereka menjadi defensive
dengan menyerang orang lain secara verbal, membuat sarkastis komentar, terlalu
menghakimi, serta mempertanyakan motif orang lain.
5. Language (Bahasa)
Sebagai contoh penulis/jurnalis
konservatif Ann Coulter dan rapper Nelly keduanya berbicara bahasa Inggris,
tetapi bahasa yang digunakan masing-masing sangatlah berbeda. Arti kata berbeda hal untuk orang yang
berbeda. Usia, pendidikan, dan latar
belakang budaya adalah tiga variabel yang lebih jelas yang mempengaruhi bahasa
yang digunakan seseorang dan definisinya dia memberikan kata-kata. Dalam sebuah
organisasi, karyawan berasal dari latar belakang yang beragam dan memiliki
perbedaan pola bicara. Bahkan karyawan
yang bekerja untuk organisasi yang sama tetapi berbeda departemen yang berbeda
sering kali memiliki jargon yang berbeda yaitu teknis khusus bahasa yang
digunakan anggota kelompok untuk berkomunikasi di antara mereka sendiri yang
menyebabkan penerima akan salah mendefinisikan pesan mereka karena memiliki
perbedaan.
6. National Culture (Kebudayaan
Nasional)
Budaya mempengaruhi
bentuk, formalitas, keterbukaan, pola, dan penggunaan informasi dalam
komunikasi. Karena alasan teknologi dan budaya, orang-orang Tionghoa tidak
menyukai pesan suara. Kecenderungan umum ini menggambarkan bagaimana perbedaan
komunikasi dapat muncul dari budaya nasional maupun bahasa yang berbeda. Misalnya, mari melihat dari perbandingan negara-negara
yang menghargai individualisme (seperti Amerika Serikat) dengan negara-negara
yang menekankan kolektivisme (seperti Jepang). Di negara yang individualistis
seperti Amerika Serikat, komunikasi lebih formal dan dapat dieja dengan jelas.
Manajer sangat bergantung pada laporan, memo, dan lainnya yang berbentuk
komunikasi formal. Di negara kolektivis
seperti Jepang, lebih banyak interpersonal kontak pribadi di suatu tempat yang terjadi,
dan lebih mendorong komunikasi tatap muka.
Cara
Mengatasi Hambatan
Rata-rata, seseorang harus
mendengarkan informasi sebanyak tujuh kali sebelum dia benar-benar mengerti.
Berikut cara yang dilakukan manajer untuk menjadi komunikator yang lebih
efektif:
1. Gunakan Umpan Balik
Banyak masalah
komunikasi secara langsung dikaitkan dengan kesalahpahaman dan
ketidakakuratan. Masalah-masalah ini bisa
dikurangi dan dengan kecil kemungkinannya terjadi jika manajer mendapat umpan
balik, baik verbal maupun nonverbal.
Seorang manajer dapat mengajukan pertanyaan tentang pesan untuk
menentukan apakah pesan itu diterima dan dipahami sebagaimana yang dimaksud. Atau manajer dapat meminta penerima untuk memberitahukan
kembali pesannya dengan kata-katanya sendiri.
Jika manajer mendengar apa yang dimaksudkan, memahami dan akurasi harus
ditingkatkan. Umpan balik juga bisa
lebih halus, dan komentar umum bisa memberikan manajer rasa reaksi penerima
pesan. Umpan balik juga tidak harus verbal.
Jika manajer penjualan mengirimkan informasi melalui email tentang
laporan penjualan bulanan baru yang harus diselesaikan oleh semua perwakilan
penjualan dan beberapa dari mereka tidak menyerahkannya, manajer penjualan
telah menerima umpan balik. Ini umpan balik menunjukkan bahwa manajer penjualan
perlu mengklarifikasi komunikasi awal. Demikian pula, manajer dapat mencari
isyarat nonverbal untuk mengetahui apakah seseorang mendapatkan pesan.
2. Menyederhanakan Bahasa
Bahasa dapat menjadi
penghalang, manajer harus pertimbangkan audiens yang menjadi tujuan pesan dan
sesuaikan bahasanya dengan mereka. Ingat, komunikasi yang efektif tercapai
ketika pesan diterima dan dipahami.
Misalnya, administrator rumah sakit harus selalu berusaha untuk
berkomunikasi dengan istilah yang jelas dan mudah dipahami dan menggunakan
bahasa yang disesuaikan dengan karyawan yang berbeda kelompok. Seperti pesan kepada staf bedah yang harus
sengaja berbeda dari yang digunakan dengan pegawai kantor. Jargon dapat
memudahkan pemahaman jika digunakan dalam kelompok yang tahu apa artinya,
tetapi dapat menyebabkan masalah ketika digunakan di luar kelompok itu.
3. Mendengarkan secara Aktif
Ketika seseorang
berbicara, kita mendengar, akan tetapi terkadang kita tidak mendengarkannya.
Mendengarkan adalah pencarian makna secara aktif, sedangkan pendengaran adalah
pasif. Dalam mendengarkan, penerima juga
berusaha dalam komunikasi. Banyak dari kita adalah pendengar yang buruk. Mengapa? Karena itu sulit, dan kebanyakan
dari kita akan lebih suka berbicara.
Mendengarkan, pada kenyataannya, seringkali lebih melelahkan daripada
berbicara. Mendengarkan secara aktif, yaitu mendengarkan dengan penuh makna
tanpa membuat penilaian atau interpretasi yang matang yang membuatnya menuntut akan
konsentrasi secara total. Mendengarkan secara aktif membutuhkan usaha, akan tetapi
dapat membantu membuat komunikasi menjadi lebih baik dan jauh lebih efektif.
4. Membatasi Emosi
Naif untuk berasumsi
bahwa manajer selalu berkomunikasi secara rasional. Kita tahu bahwa emosi dapat mengaburkan dan
mendistorsi komunikasi. kesenangan.
Seorang manajer yang kesal karena suatu masalah lebih cenderung salah
mengartikan yang masuk pesan dan gagal mengomunikasikan pesan keluarnya dengan
jelas dan akurat. Apa yang harus dilakukan?
Jawaban paling sederhana adalah dengan tenang dan mengendalikan emosi sebelum
berkomunikasi.
5. Memperhatikan Isyarat Non Verbal
Jika tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata, maka itu penting untuk memastikan tindakan itu selaras dan memperkuat kata-kata yang menyertainya. Seorang komunikator yang efektif memperhatikan isyarat nonverbalnya untuk memastikan memberikan pesan yang diinginkan.
Begitulah pentingnya mempelajari Hambatan Dalam Berkomunikasi Secara Efektif bagi seorang entrepreneur yang ingin memulai berbisnis agar bisnisnya dapat berjalan dengan efektif dan sesuai dengan yang diharapkan. Hal dasar ini dapat diaplikasikan untuk komunikasi dalam bisnis ataupun perusahaan yang telah kalian bangun menjadi efektif.
Sekian artikel Kamus Cendekia pada kesempatan kali
ini, harapannya semoga bagi siapapun itu khususnya para Cendekiawan Muda yang
ingin memulai berwirausaha dapat berjalan dan berhasil sukses sesuai dengan
yang diharapkan.
Selamat mencoba dan semoga bermanfaat!! 😊
Berikan komentar dan pendapat kalian
pada kolom di bawah ini. Terima kasih. 😉👇
0 Comments:
Posting Komentar